balloon_head
balloon_head
balloon_head
balloon_head

peristiwa banyuwangi 1998 🎖 sepak bola gajah 1998

peristiwa banyuwangi 1998

Pembantaian Banyuwangi 1998 adalah kejadian tragis di Banyuwangi, Jawa Timur yang terjadi antara bulan Februari hingga September 1998. Kejadian ini merupakan pembantaian terhadap orang yang diduga melakukan praktik ilmu hitam seperti santet dan tenung. Namun alasan pasti dari peristiwa ini masih belum jelas sampai saat ini. Beberapa kasus pembunuhan dukun santet di Banyuwangi dan kota besar lainnya terjadi pada bulan Mei 1998 ketika Jakarta sedang dilanda kerusuhan pada pertengahan Mei 1998. Salah satu faktor penyebab terjadinya tragedi Banyuwangi adalah adanya perbedaan dan konflik antara kelompok agama dan umat beragama pada tahun 1998. Seiring dengan ranah politik dan agama, terjadi polarisasi yang memicu terjadinya konflik dan kekerasan. Kejadian pembantaian dukun santet Banyuwangi pada Februari hingga September 1998 menewaskan ratusan orang. Pemahaman bahwa santet identik dengan perbuatan jahat memunculkan isu bahwa dukun santet harus dihilangkan. Pada Februari 1998, orang-orang yang diduga memiliki ilmu santet menjadi sasaran kelompok-kelompok yang tidak dikenal. Peristiwa ini dimulai dengan pendataan dukun atau orang-orang yang memiliki kekuatan magis oleh Purnomo Sidik, bupati Banyuwangi saat itu. Radiogram dikirimkan oleh Purnomo Sidik kepada seluruh jajaran aparat pemerintah dari camat hingga kepala desa untuk mendata orang-orang yang diduga sebagai dukun santet. Dari sinilah dimulai tindakan penyisiran, kekerasan hingga pembunuhan massal terhadap orang-orang yang diduga sebagai dukun santet di Banyuwangi. Kasus Pembunuhan Dukun Santet 1998-1999 di Banyuwangi merupakan salah satu kejadian berdarah dalam sejarah Indonesia. Pelanggaran hak asasi manusia yang berat ini terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1998. Bersamaan dengan peristiwa di Tasikmalaya dan Situbondo menjelang Pemilu 1997, kejadian Banyuwangi 1998 serupa dengan operasi Naga Hijau. Kejadian ini telah meninggalkan duka yang mendalam bagi masyarakat Banyuwangi dan Indonesia secara keseluruhan.